Pages

Visi dan Misi PASPAMPRES

0 comments

Visi dan Misi PASPAMPRES







VISI
PRAJURIT PASPAMPRES ADALAH PRAJURIT YANG SETIA, TANGGUNG JAWAB, DISIPLIN, TANGGUH, SOLID, PROFESIONAL, DAN BERWAWASAN KEBANGSAAN.
MISI
  • MENJAMIN KESELAMATAN PRESIDEN, WAPRES, MANTAN PRESIDEN, MANTAN WAPRES BESERTA KELUARGANYA, TERMASUK TAMU NEGARA SETINGKAT KEPALA NEGARA/PEMERINTAHAN YANG BERKUNJUNG KE INDONESIA DENGAN PENUH KESETIAAN.
  • MEWUJUDKAN POSTUR PRAJURIT YANG BERDISIPLIN, BERDEDIKASI, DAN MEMILIKI LOYALITAS YANG TINGGI TERHADAP ATASAN.
  • MEWUJUDKAN PRAJURIT YANNG MEMILIKI MENTAL YANG TANGGUH DALAM MENGAHADAPI SETIAP TANTANGAN TUGAS.
  • MEWUJUDKAN PRAJURIT YANG MEMILIKI JIWA KORSA DAN RASA KEBERSAMAAN YANG TINGGI DALAM BERBAGAI KONDISI PENUGASAN.
  • MEWUJUDKAN PRAJURIT YANG PROFESIONAL DI BIDANGNYA DAN MENGIKUTI PERKEMBANGAN IPTEK.
  • MEWUJUDKAN PRAJURIT YANG MEMILIKI RASA CONTA TANAH AIR YANG TINGGI DAN MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN TUGAS NEGARA DIATAS KEPENTINGAN PRIBADI
Baca juga Sejarah Awal Kelahiran Paspampres klik gambar

baca juga Sejarah Awal Kelahiran Paspampres

 

Sejarah Awal Kelahiran Paspampres

0 comments

Sejarah Awal Kelahiran Paspampres

Pasukan Pengamanan Presiden (PASPAMPRES) hadir hampir bersamaan dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sebagaimana hal yang sama terjadi dengan kelahiran TNI dan Polri. Ketika kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan, para pemuda pejuang tergerak untuk mengambil peranan mengamankan Presiden. Para pemuda tersebut terdiri dari kesatuan Tokomu Kosaku Tai, yang berperan sebagai pengawal pribadi, dan para pemuda mantan anggota kesatuan Peta (Pembela Tanah Air) berperan sebagai pengawal Istana.

Situasi keamanan pada awal kemerdekaan Republik Indonesia sangat memprihatinkan. Di beberapa daerah terjadi pertempuran sebagai respon atas keinginan penjajah Belanda, yang disokong oleh bantuan tentara sekutu, untuk menduduki kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia . Situasi semakin berbahaya ketika keselamatan Presiden mulai terancam dengan didudukinya Jakarta oleh Belanda pada tanggal 3 Januari 1946. Mengingat kekuatan bersenjata Belanda yang semakin besar dan terpusat di Jakarta, serta pertimbangan intelijen RI saat itu yang memerkirakan adanya keinginan Belanda untuk menyandera Presiden RI dan Wakil Presiden RI, maka Mr Pringgodigdo selaku Sekertaris Negara mengeluarkan perintah untuk melaksanakan operasi penyelamatan pimpinan nasional. Operasi ini kemudian dikenal dengan istilah “Hijrah ke Yogyakarta”. Pada pelaksanaan penyelamatan ini telah ditampilkan kerjasama unsur – unsur pengamanan Presiden RI yang terdiri dari beberapa kelompok pejuang. Mulai dari kelompok yang menyiapkan Kereta Api Luar Biasa (KLB), pengamankan rute Jakarta – Yogyakarta, hingga penyelenggaraan pengamanan di titk keberangkatan yang terletak di belakang kediaman Presiden Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur no 56, Jakarta.

Secara rahasia KLB ini diberangkatkan pada tanggal 3 Januari 1946 sore hari menjelang senja. Keesokan harinya tanggal 4 Januari 1946, KLB tiba di Yogyakarta. Setibanya di Yogyakarta Presiden RI menetap di bekas rumah Gubernur Belanda di Jalan Malioboro (depan benteng Vredenburg). Sedangkan Wakil Presiden RI bertempat tinggal di Jalan Reksobayan no. 4 Yogyakarta. Dalam pelaksanaan operasi penyelamatan saat itu, telah terjalin kerjasama antara TNI yang dipimpin Letda Cpm Sukotjo Tjokro Atmodjo dengan unsur Kepolisian. Maka, untuk mengenang keberhasilan menyelamatkan Presiden Republik Indonesia yang baru pertama kalinya dilaksanakan itulah, tanggal 3 Januari 1946 dipilih sebagai Hari Bhakti Paspampres.
 Baca juga visi dan Misi PASPAMPRES
kLIK GAMBAR DIBAWAH INI
VISI DAN MISI PASPAMPRES


BIN Selidiki Kebenaran Informasi Anak-anak Indonesia Dilatih ISIS

0 comments

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Intelijen Negara (BIN) menggandeng seluruh penegak hukum dari dalam dan luar luar negeri, untuk mengetahui kebenaran adanya anak-anak asal Indonesia yang dilatih oleh Islamic State of Iraq-Syria (ISIS).
Marciano Norman, Kepala BIN, mengatakan pihaknya masih harus memastikan apakah anak-anak yang ikut dalam latihan militer bersama ISIS berasal dari Indonesia. BIN harus lebih hati-hati menanggapi pelatihan tersebut, karena melibatkan anak-anak di bawah umur.
“Karena mereka masih anak-anak, kami harus lebih hati-hati sebelum mengeluarkan pernyataan, sehingga kami tidak salah langkah,” katanya di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (18/3/2015).
Marciano menuturkan saat ini BIN telah menggandeng Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Polri, Kementerian Luar Negeri, dan otoritas keamanan di luar negeri untuk mendapatkan informasi tersebut.
Seperti diketahui, sempat beredar video yang berisi pelatihan perang dengan peserta anak-anak yang diduga berasal dari Indonesia. Video tersebut sempat dihapus oleh pihak YouTube, tetapi kembali diunggah dengan judul ‘Cahaya Tarbiyah di Bumi Khilafah’.
“Video itu sudah tidak beredar, dan situs yang menyebarkannya pun sudah diblok,” ujar Marciano.
Video itu sendiri diproduksi oleh Al Azzam Media yang merupakan Divisi Media Khilafah Islamiyah berbahasa Melayu. Selain menampilkan pelatihan militer kepada anak-anak, video itu juga menayangkan beberapa pernyataan dari anak-anak yang mengikuti pelatihan tersebut.